bukan sesuatu yang puitis atau miris kok.
hanya pikiran yang menyelip masuk dan baru berkembang sekarang.
isinya benar-benar gamblang, tanpa metafora dan majas-majas.
dari kecil, setiap mau ke ancol pasti selalu menutup hidung.
memori memberi label : bau jakarta.
dan sekarang bekerja di ibukota bagian utara, membuat saya selalu melewati daerah-daerah kumuh.
mengenang kembali bau jakarta yang kini sudah akrab.
aku tidak lagi menutup hidung, bahkan saat melewati tumpukan sampah basah di truk sampah.
memang dari dulu tidak pernah saya biasakan menutup hidung sih setiap melewati gundukan sampah.
setiap kali naik bis melewati sungai besar jalan gunung sahari, aku selalu mengawang.
airnya hitam sekali.
apakah rasanya kental?
atau dia bisa menetes lancar layaknya air biasa?
kenapa bau?
kenapa sepekat itu?
apakah bila semua sampahnya diangkat hitamnya akan pudar?
aku ingin tahu kisah sungai hitam ibukota.
hampir setiap hari ada petugas yang naik rakit bambu mengumpulkan sampah-sampah sungai.
aku tidak memikirkan apa-apa, aku hanya melihat saja dari balik jendela bus.
aku ingin tahu apa yang ada di pikiran bapak pembersih sungai.
mungkin lain kali aku akan turun dari bis dan mengajaknya ngobrol.
aku benar-benar ingin tahu.
hmmm...
sungai hitam ibukota.
bau belerang yang menyengat.
memantulkan pemandangan di atasnya lebih sempurna.
topeng yang menutupi kelam.
namun tentu saja tidak berhasil.
ah, ujung-ujungnya tetap saja miris.
hahaha.
No comments:
Post a Comment