Friday, October 08, 2010

penat tengah malam

aku ingin menulis. aku ingin menulis apa saja. aku ingin menumpahkan isi kepalaku ke dalam tulisan. tapi aku tidak tau pikiran yang mana yang harus didahulukan untuk ditulis. semua terbayang jelas di dalam kepalaku, namun aku tak menemukan kata-kata yang dapat menjadi jembatan penghubung.
pikiranku menampilkan ingatan-ingatan masa lalu, pikiranku membayangkan impian-impian dan ketakutan masa depan. aku lelah, aku ingin mengosongkan isi kepalaku. mengeluarkan semuanya lalu menata kembali perlahan.

aku berbincang dengan masa lalu, dan aku merasakan kenangan itu masi segar.
aku membaca catatan seorang teman, dan pikiranku melayang mengevaluasi semua pengetahuan yang kumiliki selama aku hidup dan apa saja yang telah aku dapatkan.
aku melihat nama laki-laki itu sekelebat, dan bayangan-bayangan serta impian-khayalan tentangnya membayang dan berbuntut panjang tentang penantian dan terkaan tak kunjung selesai.
aku mendengar lagu dan memaknai liriknya, lalu pikiranku kembali sibuk dengan fantas-fantasi dalam alunan lirik dan musik. berandai-andai menambah harapan dan asa. tanpa alasan kepastian.

lelah.
lalu aku teringat bahwa aku masih 22 tahun. dan 22 tahun ini sama sekali bukan tahun yang sulit dan berat. tidak seberat itu sampai aku harus merasa selelalh ini. aku hanya bertindak berlebihan, aku sadar itu. namun keluarkan beban selagi ada kesempatan, selagi ada kemampuan.
saat ini aku dibingungkan oleh penantian. aku berada di tengah-tengah terowongan, gelap dan tidak melihat terang di ujung manapun. 3 jam, 3 hari, 3 minggu, 3 bulan, 3 tahun. aku berusaha untuk terus berjalan maju, dengan penantian tentang harapan di ujung. yang membuatku bertahan maju adalah, kepercayaan bahwa aku pasti akan menemukan terang. seharusnya begitu. biasanya begitu. memang itu yang harusnya terjadi bukan? ujung terang adalah hal yang pasti bukan? dia bukan fiksi, kan? ..aku mohon.

hanya maju yang bisa kulakukan. dan menuliskan jejakku di sepanjang terowongan, aku dapat selalu belajar dari kesalahan yang dulu. dan aku akan yakin bahwa ujung dengan cahaya itu ada. karena memang begitu seharusnya. ya kan? manusia tidak akan menderita untuk selamanya kan? toh yang kualami sekarang bukan penderitaan tingkat tinggi. aku hanya berlebihan. ya, tampaknya begitu.

hm, walaupun baru menuliskan sebagian kecil sekali dari isi pikiran saya, rasanya cukup berhasil untuk membuat kepala saya sedikit ringan. sedikit.









by Mariska Sheila Kellani on Tuesday, June 16, 2009 at 12:13am

No comments: