Thursday, December 30, 2010

kisah #1

sioux terbangun, sinar bermain-main oleh angin memaksa ia untuk membuka kelopak matanya. perlahan ia mencoba duduk, tangannya merasakan tekstur lantai yang dingin dan kasar. berkunang-kunang, namun ia bisa melihat jendela besar tempat sinar tadi masuk. sinar itu masih disana, bergoyang-goyang. sioux mencoba berdiri, jeans nya robek di lutut namun darahnya sudah mulai mengering. tidak ingat kapan dia jatuh, tidak dapat mengenali juga tempat apa ini. sebuah kamar berdebu berlantai batu, sioux berjalan tertatih ke arah jendela.
kaca-kacanya sudah hilang, kerangkanya juga sudah agak lapuk. menengadah sioux ingin melihat langit, karena ia masih tidak bisa menebak waktu. tertegun bingung sioux menjulurkan kepalanya lebih jauh, hampir terjatuh ia segera menarik diri kembali ke kamar. tidak yakin dengan langit yang barusan ia lihat. apakah itu langit? ya, langit itu letaknya di atas kan? tadi dia menjulurkan kepala dan melihat ke atas kok. hmm. mungkin ia harus keluar untuk memastikan.
sioux menemukan pintu kayu besar di ujung kamar, sedikit terbuka. ia keluar pintu, sedikit terkejut saat kakinya yang tanpa alas melesak di atas karpet tebal sepanjang koridor. menengok kiri-kanan, tidak ada tanda-tanda kehidupan lain. di kanan koridor terlihat membelok, di kiri jauh di ujung ia melihat pintu. sioux berjalan pelan menuju pintu di ujung kiri koridor. melihat kakinya melesak ke dalam karpet tebal, nyaman. sesampainya di depan pintu, lantai kembali terbuat dari batu kasar dan dingin. ada sepasang sandal rumah, agak kebesaran untuk sioux tapi ia memasukkan kakinya ke dalam sandal dan membuka kenop pintu perlahan.
agak sedikit berderit dan berat, sioux membuka pintu secukup badan kecilnya. udara di luar terasa...aneh. ada pohon, ada rumput, ada angin, tapi kenapa rasanya seperti di dalam ruangan ya? seperti malam, tapi udaranya tidak seperti udara malam. dingin, hangat, seperti tidak tercampur. sioux teringat langit, segera ia menengadah. mencari bagian-bagian pohon yang jarang, ia ingin benar-benar memastikan mengapa langitnya tidak biru? tidak hitam juga. apa itu yang menaungi? benarkah itu langit? mengapa berwarna hijau, biru, cokelat..mengapa seperti peta? apakah cermin yang menjadi langitnya?
sioux merasa gamang.
apa ini? dunia apa ini? langitnya adalah cermin. ia terlalu kecil untuk bisa melihat pantulan dirinya tapi ia tahu, itu pantulan hutan, ada sungai besar juga, dan ... apakah itu kota? atau desa? lehernya terasa sakit, sioux menunduk dan duduk. bingung.


-bersambung-

No comments: