Thursday, August 23, 2012

scenario #2 : "can we kiss?"

udara malam itu terasa renyah saat aku menghirup nafas dalam-dalam. jantungku mulai berdetak lebih cepat karena tiba-tiba kami berjalan sambil diam.

malam ini kami janjian untuk makan malam, yang ternyata berlanjut menjadi kencan pertama. obrolan kami seru dan sudah nyambung dari awal. aku yakin bukan hanya aku saja yang merasakan adanya maksud lain dari tertawa ringannya dan sapuan lembut tanganku saat mencoba membaca garis tangannya.

sambil berjalan perlahan, kami tenggelam dalam pikiran masing-masing. aku tidak tahu apa yang di dalam pikirannya, tapi yang jelas pikiran ku aktif membayangkan segala skenario yang mungkin terjadi di penghujung kencan ini. tetapi sebenarnya yang bikin aku sangat penasaran adalah bagaimana rasa genggaman tangannya. ya, dari semua bentuk affection, bergandengan tangan adalah favorit ku. dan tangan laki-laki ini nampak begitu kuat dan hangat.

akhirnya kami berhenti di tengah taman kota, dan duduk di bangku taman. masih diam. masih canggung.

"kenyaaaaaang..!" ujar ku, berharap dia untuk memulai topik bahasan lain.

tapi hanya hanya nyengir dan menggelengkan kepala. ..aku merasa bodoh.

tiba-tiba tangannya berada di atas kepalaku, dan perlahan mengarahkan wajahku ke depan wajahnya. jantungku semakin berdebar dan otakku berteriak-teriak,'APA?? KENAPA?? KENAPA DIA BEGINI?? DIA MAU APA?? OH TIDAK, OH TIDAAAAKK!! jangan ketawa, please, jangan mengakak di depan mukanya, oh aku mohon semoga wajahku tidak tampak bodoh.. aduh aduh kenapa ini, dia mau appaaaa??!' berisik sekali di dalam kepalaku, tapi untungnya tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutku.

sampai akhirnya dia mendekatkan wajahnya.. sepertinya dia akan menciumku.

"tunggu." terdengar keluar dari mulutku. "tunggu sebentar."

saling menjauhkan wajah, dan tangannya pun diturunkan dari atas kepalaku.

setelah menghela nafas, aku berkata,"maaf, sekarang aku tidak bisa lagi mencium orang sembarangan. apalagi kalau ternyata ini ciuman hanya karena terbawa suasana." fiuh. agak kaget karena aku berhasil mengatakannya, ternyata otakku masih berfungsi.

dia tersenyum dan memalingkan wajahnya, menatap ke depan. sebelum dia mengatakan sesuatu, aku segera menambahkan,"bukannya aku gamau ciuman sama kamu lho, pengen banget malah. tapi takut ini cuma main-main buat kamu nya. karena sekarang aku sudah ga butuh hubungan yang main-main, dan dalam hubungan main-main pun aku serius. jadi kalau sekarang kita ciuman lalu besok-besok kita tidak ada kelanjutan, aku yang repot."

setelah jeda yang terasa lama, akhirnya dia menjawab,"kenapa kamu pikir aku orang sembarangan?"

"karena selama kita kenal, baru sekali ini kita jalan berdua aja. dan baru jalan sekali masa langsung ciuman?"

"kenapa engga? chemistry nya udah enak ko. ya kan? kamu juga ngerasa kan?"

"iya sih. tapi tetep aja kan belum ada kejelasan. ga bisa dong tiba-tiba nyodor bibir tanpa ada obrolan sebelumnya?"

terdiam sejenak. lalu sambil menghela nafas dia bilang,"dasar perempuan."

"kenapa??" ujarku, merasa tersinggung.

"ribet," jawabnya sambil mengacak-acak rambutku.

kami saling diam, memerhatikan mobil yang lewat sesekali.

tidak tahan dengan kecanggungan ini, aku pun bertanya,"jadi gimana?"

"gimana apanya?"

"ciumannya.." jawaban bodoh tapi jujur, dan aku bisa merasakan peredaran darah di wajahku yang tiba-tiba menjadi cepat.

"hmm. jadi harus jadi pacar dulu baru boleh nyium?"

jawaban tak terduga. dasar cowok sialan. mukaku semakin panas dan nafasku memendek. tidak tahu harus menjawab apa.
daripada diam akhirnya dengan muka bodoh aku bilang,"..hah?"

"hahahahahaha, muka kamu bego banget deh, ahahahahahh!" dia malah tertawa. baguslah, suasanya akhirnya menjadi lebih cair.

"ya abisnya tiba-tiba nanya gitu.." gumam ku salah tingkah. ah sial, kenapa sih aku ga bisa akting cool?

lalu dia meneruskan,"jadi lebih aneh abis kencan pertama langsung ciuman, atau abis kencan pertama langsung ngajak pacaran?"

"kayanya abis kencan pertama mendingan dianter pulang, mikir semalem dulu dibawa tidur, trus lihat besok saat bangun tidur hal pertama apa yang ada di dalam pikiran kita. gimana? oke kan?"

"jadi mau pulang aja nih sekarang?" tanya nya, nampaknya berharap masih bisa duduk lebih lama. tapi aku sudah terlalu salah tingkah dan tidak tahu harus bersikap bagaimana kalau duduk lebih lama lagi.

"iya. pulang aja yuk. gapapa kan?" tanya ku berbasa-basi, karena sebenarnya aku tidak terlalu peduli dia apa-apa atau tidak. aku ingin cepat pulang dan lompat ke atas tempat tidur.

"oke." jawab nya santai. kenapa dia santai sih? kenapa dia ga salah tingkah juga?! ah, menyebalkan.

dia berjalan di depan ku, kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku jeans nya. aku masih penasaran dengan genggaman tangannya.

sudah kepalang malu, aku bertanya,"eh..boleh gandeng tangan, ngga? hehe"
walau tadi ciumannya aku tolak, tapi semoga dia masih mau meminjamkan tangannya.

untungnya, dia tidak menjawab apa-apa, tapi langsung mengeluarkan tangannya dari saku jeans dan menggandeng erat tanganku.

bahagia.

senyum sepanjang jalan pulang.

mungkin nanti di depan pagar rumah aku yang akan menciumnya, setelah meminta dia untuk menjadi pacarku.

No comments: