sarah mengawali harinya dengan ke toilet begitu bangun tidur, menuruni tangga menuju dapur, membuka kulkas lalu mengambil kotak susu. meminum susunya sambil menuju ayunan di halaman belakang. saat itu masih pukul 7.15 pagi, udara di belakang rumahnya, yang terletak di atas tebing di pinggir laut, masi sangat dingin dan berkabut. rumput pendek berlapis embun menusuk-nusuk telapak kaki sarah, namun ia menikmatinya, meresapi setiap sentuhan embun di rumput dan kerikil pasir di setiap langkahnya menuju ke ayunan kayu kesayangannya.
ia masih ingat hari di saat ayunan ini dibuat oleh ayahnya 7 tahun silam. karya ayahnya yang pertama dan terakhir, mencontoh dari buku 'How To Make Your Own Garden Furniture', sarah memilih untuk dibuatkan ayunan besar ini. setelah menyelesaikannya, ayahnya tidak ingin lagi menyentuh peralatan pertukangan satu kali pun. saat itu kisah sarah masih belum dimulai. dan ayahnya masih sekuat beruang tua.
celana sarah terasa basah saat duduk di kursi ayunannya yang terbuat dari kayu yang pagi itu masi terselimuti oleh embun dan kabut. sarah menggigil dan merapatkan mantelnya, ia menaikkan kedua kakinya ke atas, memeluk lututnya di atas ayunan sambil berayun perlahan dan memandang jauh ke batas langit dan laut. susu dinginnya terasa semakin dingin, namun debur ombak di bawah tebing menjadi musik yang sangat tepat pagi itu. sarah baru saja kehilangan kisahnya.
pukul 7.55, matahari menguapkan embun yang menyelimuti tebing. ayunan berderak lembut, kotak susu yang kosong tergeletak di samping kursi ayunan. mantel sarah terbawa angin hingga beranda, namun sarah sudah bergabung dengan deburan ombak di bawah, menjadi musik. sarah pergi menyusul kisahnya dan sekuat tenaga ia mempertahankan kewarasannya saat sergapan laut menusuk membekukan setiap syaraf hingga sumsum tulangnya.
No comments:
Post a Comment