Wednesday, March 03, 2010

manja yang


gw. si manja yang ingin berdiri tapi menunggu uluran tangan orang, yang tentunya ga akan pernah datang. munafik. dalam hati sih berharap akan ada. suatu hari. nanti.

apa sih.

tahu tidak? saya trauma karena kesalahan yang saya buat sendiri. trauma kesalahan pertama belom hilang, kesalahan kedua sudah saya lakukan. tolol.

gw ga suka menjelek-jelekan diri sendiri. apalagi nyebar-nyebarin. seperti ini..hahahahahaha.

yah, fokus kembali.

jadi begini. sebenernya ini curhat, eh dari awal juga udah terbaca ya?haha..
apa sih.

bagaimana caranya menghentikan self-pity?
si manja yang sudah muak dengan self-pity nya.
ga bisa maju karenanya.
merasa itu semua pantas untuknya, dan memang.
dan lagi-lagi tanpa sadar, self-pity.

biar waktu yang menghapusnya??..ow, shut up!








Friday, November 28, 2008 at 4:13pm

laut

bau garem.
pantai.
pasir.
angin.
ombak.
karang.
cangkang kerang.
kumang.
tebing.
santai.
lupa segala.
perahu cadik.
ikan.
nelayan.
ubur-ubur.
panas.
menghanyutkan.
mellow.
kenangan.
matahari terbit.
matahari tenggelam.
tsunami.

c i n t a .







 Friday, November 28, 2008 at 3:45pm

Salah

gw takut salah.
gw takut orang pergi karena gw salah.
gw takut memastikan apakah gw salah atau tidak. takut saat tahu jawabannya semua udah terlanjur.

gw takut menjadi diri sendiri. gw tau itu salah.
gw tau saat gw melakukan kesalahan. gw tau gw emang sedang salah.
gw takut mengeluarkan dengan jujur apa yang ada di kepala gw karena gw tau yang ada di dalam kepala gw itu salah. kenapa gw tau itu pasti salah?

gw takut salah. gw ingin seseorang memberi gw petunjuk benar tanpa gw minta. lagi-lagi gw salah.

gw tau mengasihani diri sendiri itu tidak dianjurkan, apalagi untuk lama-lama.
tapi lagi-lagi, gw tau gw emang lagi salah.

gw banyak salah.
salah besar yang banyak.
salah kecil yang lebih banyak.

ga ada pembelaan.
ga ada usaha untuk membela diri sendiri.
ga ada niat meminta iba.

dilihat dari mana pun,
salah.





 Friday, November 28, 2008 at 3:32pm

To Another Dimension


Bumi lain pasti ada. alam semesta luas, terlalu luas untuk manusia sendiri. jadi, pasti ada bumi-bumi lainnya. dunia jin juga pasti ada. tapi dimensi lain, dunia lain, dunia paralel dan sebagainya tu..bener-bener ada kah?

dari SMP gw selalu ngebayangin diculik ato ga sengaja nemuin gerbang ato celah ke dimensi lain..haha kayanya kebanyakan baca komik sih, tapi dari dulu gw selalu berharap bisa pergi ke tempat lain dan meninggalkan semua kehidupan gw dan mulai dari awal di tempat lain.

tiap naik kendaraan umum gw selalu merhatiin orang-orang yang ada di dalam kendaraan itu, ngebayangin kalo tiba-tiba kendaraan yang gw naikin itu ga sengaja masuk ke gerbanng dunia lain. haha, gw suka ngebayangin kira-kira siapa yang akan berkepala dingin, siapa yang panik dan ngerepotin, siapa yang akan jadi sahabat gw.. haaa

trus, setelah berpikir gw sudah menghayal seperti itu sejak SMP, dan sekarang gw sadar gw emang seseorang yanng escapist. bawaannya pengen lari dari masalah. merasa ga ada yang cukup berharga untuk gw pertahanin dan bisa pergi ke dunia lain tanpa pikir panjang. apakah saat SMP gw punya masalah ya?

hmmm…kalo sekarang gw pikir lagi.. masi pengen sih kabur ato diculik ke dunia lain, tapi banyak pertanyaan dan pertimbangan lain yang muncul yang bikin gw ga begitu mau lagi tinggal lama-lama di dunia lain itu, seperti gmana kalo kali ini bukan gw tokoh utama nya, gmana kalo dunia yang gw masukin ini ternyata sama sekali ga kaya fairy tale dan gw terbunuh di dalamnya? kalo gw nemu celah ke dunia lain dan ga bisa balik, gmana dengan love story gw? haha..

tapi gw tetep penasaran apakah dunia paralel dan dunia lain itu ada..bukan dunia hantu, tapi dunia dongeng..begitulah„haaaaa…
Thursday, November 27, 2008 at 12:06pm

Monday, January 11, 2010

Kelly - Van She

Kelly was a young girl, looking in the mirror, doing what young kids do
Watching out the window, thinking of all the things that she should do
She`s running all the time, she`s running blind.
It`s raining all the time, the clock hit nine, then she met me.


Oh Kelly, do what you need to come
Oh Kelly, you know I see you running



She`s sitting back know, painting in her taylors, thinking of me and you
Listening to her player, missing out all the Prince and tunes she knew
She`s running out of time, she`s running blind.
It`s raining all the time, the clock hit nine, then she met me.


Oh Kelly, do what you need to come
Oh Kelly, you know I see you running
Oh Kelly, do what you need to come
Oh Kelly, you know I see you running




liriknya bener2 gw banget.
aih

Saturday, December 26, 2009

berhenti. sadar.

lalu langkahku terhenti. tersadar dan terhenyak.
tiba-tiba semua terlihat jelas. seperti habis men-scan virus,
semua daftar masalah yang ada dalam diriku terpampang di depan mata.
aku memiliki masalah. aku orang dengan masalah.
aku, bermasalah.
bingung, aku menepi dan duduk perlahan.
tanganku menopang dahi, merenung.
membaca daftar masalah ku. yang bikin aku terhenyak lagi adalah
tidak ada yang memberitahuku soal ini. diriku sendiri yang tiba-tiba
menyodorkan daftar masalah ini padaku. lalu, aku mendongak melihat sekeliling.
di mana orang-orang?
tampaknya semua orang sudah memiliki orang-orang yang mau menasihati mereka.
orang-orang yang mau ada di samping mereka untuk memarahi, untuk mengingatkan, untuk menarik kembali.
lalu aku?
semuanya sibuk.
tentu saja bukannya aku tidak pernah dimarahi atau diingatkan.
oh, mereka teman-teman yang sangat baik dan pengertian saat itu.
mereka mau mendengarkan keluh kesahku, mereka bahkan mau membelaku.
tetapi, tampaknya sekarang mereka sudah lelah.
aku terlalu bebal. mereka semua sudah memperingatkan aku agar jangan terjerumus.
tetapi apa?
aku melakukannya.
aku melakukan semua yang dilarang.
aku tidak menggubris kata-kata peringatan mereka.
sekarang apa? aku ingin mereka memarahiku?
memperingatkan ku? menarik ku?
nah.
lagi-lagi jawabannya muncul sendiri.
atau lagi-lagi muncul pertanyaan yang sama?
"apa mau ku?"

aku tahu apa masalah yang ada dalam diriku. aku tahu itu dengan amat sangat jelas.
aku tahu masalahku, dan seharusnya aku tahu bagaimana cara mengatasi masalahku itu, bukan?
ya, tentu saja aku tahu cara mengatasinya. lalu apa yang menahanku? mengapa aku tetap seperti ini?
mengapa aku tidak berubah? dengan kekuatanku sendiri, mengapa aku tidak berubah?
.
.
.
.
.
.
.
.
...dan tahukah kamu apa jawaban yang muncul di dalam kepalaku?
jawaban yang muncul dalam otak kecil ku yang melingkar-lingkar seperti cacing ini?
tahukah?
tahukah?

..... dia bilang .....
"aku mau ada yang mendorongku untuk berubah."
"aku butuh motivasi."
"aku butuh orang yang mau memarahiku dan menarikku."
nah, sudah aku katakan.

lalu, diriku yang satunya berteriak lantang,
"bodoh! tolol! dungu!"
"apa-apaan itu?!? kau butuh orang lain untuk merubahmu?!"
"ini tentang kau, dan masalah diri mu sendiri!! mengapa orang lain yang harus mengingatkan mu?!"
"padahal kau sendiri sudah tahu masalah yang terjadi dan sudah tau bagaimana sikap yang harus diambil!!"
"mengapa kau harus selalu mengandalkan pada orang lain?"
"mengapa tidak kau mengubah diri dengan kekuatan sendiri??"
"mengapa?? mengapa??"

...
tapi.
tapi.
tapi..mungkin aku memang butuh sosok itu.
aku tahu gaya hidup dan cara berpikirku sekarang bila kuteruskan hanya akan lebih menjerumuskanku.
AKU
TAHU
ITU.
tetapi.
yah..
begitu...




















JADI MAUNYA APAAAAAAAAAAAAA?!?!?!?!?
...tidak tahu, tidak tahu, AKU TIDAK TAHU!!!

Emi

Emi, perempuan, 20 tahun, dan ....bodoh.
Ya, bodoh, bodoh, dan sangat bodoh. Bodoh.
Setidaknya itulah yang ada di dalam kepalanya sekarang,
BODOH!
Hmm, tapi cerita ini tidak akan maju apabila terus-terusan menulis bodoh. Jadi, begini..
Emi dan Arbi, ciuman. Dan mereka bukan kekasih.
Bingung? APALAGI EMI!!
Emi dan Arbi pernah punya cerita, tetapi itu dulu.
Emi memang pernah tergila-gila pada Arbi, dan Arbi pun pernah sedikit membalas perasaan itu, meski pada
akhirnya di antara mereka tidak pernah terjadi hubungan pacar dan kekasih. meski begitu mereka tetap
berteman baik. Bukan berteman baik dalam arti mereka selalu bermain bersama, tidak, pertemanan
mereka tidak sepadat itu. Mereka berteman, saling cerita apabila ada kabar terbaru. Emi cerita pada Arbi apabila dia sedang ada masalah dengan pacarnya, begitu juga Arbi.
Mereka kadang bermain bersama, namun itu sangat jarang. Sebenarnya, Emi tidak pernah bisa benar-benar menyerah soal Arbi. Walaupun banyak lelaki telah mengisi hati Emi, setiap kali ia melihat Arbi, semua perasaan itu kembali.
Apakah Emi tak bisa melupakan Arbi karena ia masih penasaran karena belum memiliki laki-laki itu? Bisa jadi..
Yah well anyway, kemarin ini setelah sekian lama tidak bertemu dan mengobrol, ditambah lagi kondisi keduanya sedang 'memungkinkan', maka terjadilah ciuman itu. Awalnya Emi mengira ia dapat mencium Arbi tanpa muncul embel-embel perasaan lain setelahnya. Dengan sok dan bodohnya, Emi mengira setelah itu ia tidak akan merasa apa-apa. Oh, tentu saja Emi berpikir 'Arbi pasti tidak menganggap ini apa-apa, kalau dia bisa berpikir seperti itu maka kenapa aku harus terus kepikiran??'. Tapi sekarang terbukti, hal itu terus terngiang-ngiang dalam kepala Emi selama seminggu ini. Ia berharap dan terus berharap Arbi menghubunginya untuk bertemu lagi. Tapi apa? setelah berciuman pun, bahkan Arbi tidak membahas apa-apa. sedikitpun.
Tidak.
Jadi? Selama seminggu ini (dan kemungkinan masih akan terus berlanjut) kata 'BODOH, TOLOL, DUNGU' terus berputar dan terngiang di dalam otak kecilnya itu. Oh ya tentu saja, lelaki mana yang akan menolak sodoran bibir?? Apalagi tanpa dituntut untuk saling memiliki?? Bukankah itu sempurna??
Dan Emi muda yang bodoh telah mencium laki-laki itu dengan sepenuh hati dan segenap perasaan. Semua kenangan  muncul kembali saat ia menciumnya. Cerita yang dulu pernah mereka jalani. Apakah Arbi sadar? Bahwa Emi hanya mencium orang yang ia sayang, yang ia cinta. Ah, tentu saja, Emi perempuan dan Arbi laki-laki. Emi mencium Arbi dengan penuh cinta namun tampaknya sebagai laki-laki normal Arbi menerima ciumannya dengan logika.
Apa ini? Lagi-lagi Emi merasa bodoh dan tak bisa keluar dari kata dungu. Dia tidak percaya bahwa dia benar-benar telah berpikir bisa mencium Arbi tanpa melibatkan perasaannya. Dia lupa bahwa Arbi yang menjadi partnernya. Arbi. ARBI! Arbi yang pernah menggenggam tangannya, Arbi yang dapat membuat ia nyaman kapanpun, tertawa, terhibur. Arbi yang ia percaya, Arbi yang...istimewa. Arbi yang pernah membuatnya menangis, kecewa tapi tak pernah bisa ia benci. Arbi yang selalu bisa membuat ia bertekuk lutut tiap kali bertemu. Arbi yang dulu pernah memeluknya, Arbi yang dulu pernah merayunya, Arbi yang dulu pernah punya rahasia dengannya. Dan kini, Emi benar-benar tidak percaya pada dirinya sendiri karena telah berpikir bisa tetap berpikiran lurus dan berkepala dingin setelah ciuman itu. Setelah sekian lama tidak bertemu dan kini tiba-tiba ciuman, ia benar-benar telah lupa apa pengaruh Arbi terhadap dirinya selama ini. Ia kira walaupun bertahun-tahun sudah lewat sejak kisahnya dan Arbi dulu, sebuah ciuman tidak akan berpengaruh apa-apa.
Oke, Emi sadar ia telah meremehkan efek Arbi padanya. Ia sadar kini kenangannya dengan Arbi semakin bertambah dan terus terngiang-ngiang. Ia bahkan masih bisa merasakan bibir Arbi...oh tidak, ini terlalu mengerikan!! Emi mulai panik. Satu minggu. Sudah lewat satu minggu dan ia masih bisa merasakannya. Bagaimana? Apa yang harus ia lakukan?? Satu hal yang ia tahu tak mungkin dapat ia lakukan adalah cerita ke Arbi. Tidak, Ia tidak ingin Arbi tahu bahwa ia selemah ini. Lagipula ia tak ingin membebani Arbi dengan perasaan ini. Tapi....mungkin akan lebih baik bila Arbi tahu. Ah tidak, Emi tidak mau Arbi menjauh. Tidak, itu akan sangat buruk. Emi hanya ingin lebih sering bertemu Arbi, namun itu terdengar egois. Satu minggu ini Emi benar-benar pusing. Ia tidak keluar kamar. Tidur terus-terusan, berharap bisa bertukar dunia dengan mimpi. Setiap kali ia bangun yang terngiang dalam kepalanya hanyalah Arbi, Arbi dan kenangannya bersama Arbi. Atau, Arbi, Arbi dan harapannya masa depan bersama Arbi. Emi muak. Emi muak dengan segala pikirannya tentang Arbi. tetapi bagaimana lagi? Ia memang merasa apabila dia bersama Arbi semua akan lebih baik dan lebih mudah. Pelarian Emi hanyalah tidur dan tidur. Ia bahkan tidak berharap untuk bertemu laki-laki lain, ia hanya ingin Arbi di sampingnya.
Oke, ini mulai keterlaluan. Emi ingat ia pernah melalui ini sebelumnya, saat Arbi pacaran dengan perempuan lain dan meninggalkannya, dulu sekali. Emi masih ingat jelas bagaimana sakitnya ia saat itu. Tiga bulan hidupnya dengan jadwal menangis, tidur, menangis, makan dan tidur. Dan berakhir saat akhirnya Emi juga punya pacar yang memang dapat membahagiakan dia dan membuatnya lupa pada Arbi, bahkan menganggap Arbi rendah. Tapi itu dulu! Kini sudah lewat 5 tahun dan ia tidak menginginkan akhir yang sama. Emi tahu saat ini Arbi sedang tidak ingin terikat oleh suatu hubungan khusus. Emi tidak mau merepotkan Arbi dengan menuntut itu. Emi ingin sekali dapat bersikap dewasa dan melepaskan semuanya. Tetapi...sulit. Oke, begini, Emi tidak keberatan bila diantara dia dan Arbi tetap tidak ada ikatan apa-apa, tetapi Emi sangat ingin bisa lebih sering berada di samping Arbi, tanpa merepotkan Arbi, tanpa membebaninya. Emi hanya ingin selalu berada di samping Arbi, dan melihatnya, memperhatikannya. Tapi bagaimana mungkin? Rumah mereka jaraknya berjauhan dan jadwal mereka pun berbeda.
Pusing.
eEi benar-benar bingung.
Lapar.
Tiba-tiba ia ingin makan lalu lekas-lekas tidur lagi.
Emi ingin tidur, bermimpi dan bangun dengan segar. Semoga saat bangun nanti Arbi tidak terlalu memenuhi pikirannya lagi. Arbi dan bibirnya. Arbi dan segala efek yang ditimbulkannya. Arbi.. Dan Arbi.
Ah, seandainya Emi bisa merangkak kembali ke dalam rahim ibu dan tidur selamanya di sana...